Duolingo

Photo by ilgmyzin on Unsplash

Duolingo Gantikan Pekerja Kontrak dengan AI

AI 3 Mei 2025

Selamat datang sobat JTegh!
Perkembangan teknologi memang tak bisa dihindari. Di era digital ini, inovasi terjadi begitu cepat sehingga kadang kita ketinggalan dalam memahami betapa besar dampaknya pada aspek kehidupan sehari-hari. Salah satu perubahan signifikan yang sedang mencuri perhatian adalah bagaimana platform edukasi Duolingo mulai menggeser pekerja kontrak dengan kecerdasan buatan (AI).

Mari kita mulai dengan sebuah pertanyaan:
Pernahkah kamu membayangkan suatu ketika AI bisa menggantikan tugas-tugas manusia yang selama ini dianggap “umum” dalam bekerja?

Jawabannya semakin nyata ketika Duolingo, salah satu pelopor aplikasi pembelajaran bahasa, mengumumkan transformasi bisnisnya dengan menerapkan pendekatan AI-first. Dengan kata lain, perusahaan ini mengandalkan teknologi AI untuk menangani tugas-tugas yang sebelumnya dipegang oleh pekerja kontrak.


Mengenal Duolingo: Dari Aplikasi Pembelajaran Bahasa ke Laboratorium Inovasi AI

Duolingo bukan hanya sekedar aplikasi untuk belajar bahasa. Sejak didirikan, Duolingo telah mengubah cara orang belajar dengan pendekatan yang menyenangkan dan interaktif. Dengan filosofi “belajar sambil bermain”, Duolingo berhasil menyediakan kursus bahasa secara gratis melalui smartphone dan komputer. Lalu, bagaimana sebuah aplikasi belajar bahasa bisa berubah menjadi pionir transformasi pekerjaan melalui AI?

Duolingo
Photo by appshunter.io on Unsplash

Sejarah Singkat dan Visi Duolingo

Didirikan oleh Luis von Ahn dan timnya, Duolingo awalnya dirancang sebagai alat yang menggabungkan pendidikan dan hiburan. Mereka percaya bahwa belajar bahasa tidak harus membosankan, dan setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Di balik keberhasilannya, Duolingo selalu berinovasi dengan memanfaatkan teknologi terbaru.

Perubahan terbesar yang sedang digarap saat ini adalah transformasi digital internal yang mengintegrasikan AI ke dalam hampir semua proses kerja, termasuk rekrutmen, evaluasi kinerja, bahkan pembuatan konten edukasi. Tidak heran jika banyak orang mulai penasaran: Apakah ini pertanda bahwa teknologi akan segera mengubah semua aspek pekerjaan kita?

Filosofi “AI-First” yang Dikampanyekan oleh Duolingo

Pendekatan AI-first sudah terdengar seperti jargon teknologi, tetapi bagi Duolingo, ini berarti memanfaatkan AI untuk menghapus hambatan yang ada dalam sistem kerja yang tradisional. Dengan menggunakan AI, perusahaan berupaya mempercepat proses pembuatan konten, meningkatkan kualitas layanan, dan tentu saja, menghadirkan fitur-fitur baru yang sebelumnya mungkin dianggap mustahil. Seiring perkembangan ini, penggunaan AI mulai mengambil alih tugas-tugas yang sifatnya repetitif, sehingga pekerja kontrak yang sebelumnya mengurusi hal-hal semacam ini kini semakin tersisihkan.

Mengapa Duolingo Memilih untuk Menggantikan Pekerja Kontrak dengan AI?

Keputusan untuk menggantikan pekerja kontrak dengan kecerdasan buatan di Duolingo bukan datang tanpa pertimbangan panjang. Beberapa faktor strategis yang mendorong keputusan ini antara lain adalah kebutuhan untuk mempercepat pembuatan konten edukasi, efisiensi biaya, serta peningkatan produktivitas. Mari kita pelajari lebih rinci apa yang melatarbelakangi kebijakan ini.

Duolingo
Photo by Alberto Moya on Unsplash

Efisiensi dan Kecepatan Pembuatan Konten

Duolingo dikenal dengan kemampuannya menyediakan konten edukasi dalam jumlah besar untuk jutaan pelajar di seluruh dunia. Namun, proses pembuatan konten secara manual membutuhkan waktu dan sumber daya yang besar. Bayangkan jika setiap pelajaran harus dibuat ulang oleh tenaga manusia, progres yang dicapai tentu akan jauh lebih lambat. Dengan mengandalkan AI, Duolingo bisa menghasilkan konten yang tepat dan relevan dalam waktu yang jauh lebih singkat.

Menurut pernyataan CEO Luis von Ahn dalam sebuah memo internal, penggunaan AI didorong karena tanpa adanya otomasi, Duolingo bisa membutuhkan “puluhan tahun” untuk membuat konten yang cukup untuk menjangkau lebih banyak pelajar. Ini menunjukkan betapa besar harapan perusahaan terhadap teknologi AI untuk membuka jalan bagi inovasi yang lebih cepat dan penyebaran pengetahuan yang lebih luas.

Redefinisi Peran Pekerja Kontrak

Sebelumnya, para pekerja kontrak di Duolingo sering menangani tugas-tugas seperti penerjemahan konten, evaluasi kualitas materi, dan tugas administratif lainnya. Namun, AI dengan kapasitas analitis dan pemrosesan datanya mampu menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan akurasi dan kecepatan tinggi.
Alih-alih sekadar menggantikan pekerjaan yang sifatnya rutinitas, AI memungkinkan karyawan tetap fokus pada tugas-tugas kreatif dan strategis—tugas yang sulit untuk diotomatisasi. Hal ini sejalan dengan filosofi perusahaan untuk terus menjaga esensi “belajar melalui kreativitas” yang menjadi inti pendidikan di Duolingo.

Inovasi dalam Proses Perekrutan dan Evaluasi

Tidak hanya pada pembuatan konten, AI juga akan memainkan peran penting dalam proses perekrutan dan evaluasi kinerja karyawan. Dalam upayanya untuk menjadi “AI-first,” Duolingo mulai mengintegrasikan sistem berbasis AI untuk menilai kompetensi calon karyawan dan mengevaluasi kinerja karyawan yang sudah ada. Teknik ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih objektif dibandingkan dengan metode manual yang rentan terhadap bias.

CEO Luis von Ahn pernah menegaskan bahwa penambahan karyawan baru hanya akan dilakukan bila ada pekerjaan yang memang tidak bisa diotomatisasi. Paradigma baru ini menunjukkan bahwa AI adalah alat bantu untuk menyederhanakan dan mengoptimalkan setiap proses bisnis—bukan semata-mata untuk mengurangi jumlah pegawai. Namun, tentu saja, keputusan seperti ini menimbulkan diskusi hangat di kalangan pekerja kontrak. Bagaimana menurut kamu, apakah pendekatan seperti ini sudah tepat atau masih perlu disempurnakan?


Sama seperti setiap babak dalam buku kehidupan, setiap perubahan membawa harapan baru. Transformasi yang terjadi di Duolingo hanyalah salah satu gambaran dari revolusi digital yang melanda dunia kerja dan pendidikan. Ingatlah bahwa di balik setiap tantangan selalu terdapat peluang. Dalam dunia di mana mesin semakin pintar, peran manusia sebagai pemikir kreatif dan pengambil keputusan strategis tetap tak tergantikan. Teknologi harus menjadi alat pemberdayaan, bukan sekadar pengganti. Dengan demikian, kita semua—baik pekerja kontrak maupun karyawan tetap—dapat menemukan jalan untuk beradaptasi sekaligus berkembang.

Tag

Bayutama

Kanzen Kankaku Dreamer